Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet
Ditinjau dari Tipe Kepribadian Dan Jenis Kelamin
(Internet Usage Intensity Difference in Relation to
Personality Type and Sex)
Itryah
Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma, Palembang
Abstract
The purpose of this research was to find out the differences on internet usage intensity according to personality type and sex. The research population was UMM students who were at 1998-2001 academic year. The subjects were 85 students, which consist of 39 male and 46 female with extrovert and introvert personality type. The data were collected using questionnaire and Eysenck’s Personality Inventory-A. The validity and reliability of the instruments were assessed using Pearson’s Product-Moment correlation and Cronbach’s Alpha coefficient. The data were analyzed using 2-Ways ANOVA technique by means of SPS IBM/IN. The result of this study showed that (1) there was a significant difference on internet usage intensity according to personality type, in which the intensity is greater on the subject with introvert than extrovert personality type (F = 5.824; p = 0.017); (2) there was no significant difference on internet usage intensity according to sex (F = 2.438; p = 0,118); and (3) there was a very significant different in internet usage intensity according to personality type and sex, in which the intensity is greater on the male introvert either than female introvert or male extrovert (F= 22.253; p = 0,000).
Keywords: internet usage intensity, personality type, sex.
Pendahuluan
Dewasa ini, arus reformasi dan globalisasi telah memasuki seluruh bidang kehidupan masyarakat seperti bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan hiburan. Dalam era reformasi dan globalisasi, informasi merupakan faktor yang paling dibutuhkan oleh setiap orang. Salah satu sarana
Itryah 47
Jurnal PSYCHE
informasi yang akhir-akhir ini yang paling sering digunakan untuk menyimpan dan menyebarkan informasi adalah internet.
Secara historis, internet telah hadir lebih dari dua puluh lima tahun. Dalam kurun waktu itu, peranan internet telah beralih dari sekedar sebagai bahan kajian laboratorium menjadi pekakas yang digunakan jutaan orang setiap hari. Jaringan internet tercipta oleh suatu ledakan yang tak terduga pada tahun 1969, yaitu lahirnya ARPANET, suatu proyek eksperimen dari kementrian pertahanan Amerika bernama DARPA (Departement of Defence Advance Recearch Projects Agency). Tujuannya sederhana yaitu mencoba menggali teknologi jaringan yang dapat menggunakan para peneliti dengan berbagai sumber daya jauh seperti sistem komputer dan pangkalan data yang besar. Keberhasilan yang dicapai oleh ARPANET membantu membudidayakan sejumlah jaringan yang lainnya yang kemudian saling berhubungan. Dua puluh lima tahun kemudian sistem ini berevolusi menjadi suatu “organisme” yang semakin luas perkembangannya dan mencakup puluhan juta orang dari ribuan jaringan (Quey, 1977).
Menurut Suharsono dan Wijaya (1998), pada saat dioperasikan, sistem ARPANET menghubungkan sejumlah universitas yang ada di Amerika Serikat. Protokol yang digunakan pada saat itu sangat lamban dan menyebabkan jaringan yang ada menjadi sibuk. Menjelang tahun 1974, Vinton G. Cerf dan Robert E. Kahn membuat sketsa rancangan dasar untuk mengembangkan lebih lanjut protokol internet (IP: Internet Protokol) dan protokol kontrol transmisi (TCP: Transmission Control Protocol). Kedua protokol ini yang merupakan dasar dari protokol TCP/IP, telah digunakan di seluruh jaringan ARPANET. Dalam perkembangan lebih lanjut, protokol ini mempunyai kemampuan untuk menyediakan interface (antarmuka) dengan berbagai jenis komputer.
Survei yang telah dilakukan oleh FIND/SPV (American Internet User Surveyor) menyebutkan bahwa pada awal tahun 1996 terdapat 9,5 juta pengguna internet di Amerika Serikat. Pengguna tersebut terdiri dari 8,9 juta pengguna dewasa, dan 1,1 juta pengguna di bawah umur 18 tahun (Suharsono dan Wijaya, 1998).
Berbagai data menunjukkan bahwa internet telah, sedang dan akan terus berkembang pesat di berbagai penjuru dunia. Untuk Indonesai, data yang dikemukakan oleh Tjiptono dan Santoso (2000:5) menunjukikan bahwa komposisi pengguna internet di Indonesia pada tahun 1996 meliputi: 42,8% kalangan bisnis atau komersial; 29,9% pendidikan; 20,9% pemerintah; 5,8% riset, dan 1 % LSM.
Dewasa ini, internet telah banyak dimanfaatkan di bidang pendidikan. Melalui internet, kalangan universitas dan pusat riset mahasiswa di pusat pemerintah saling berkoneksi sebagai jaringan komputer nasional. Mahasiswa, dosen, dan karyawan menggunakan internet untuk berkomunikasi melalui surat Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 48
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
elektronik (e-mail). Pada hakekatnya internet bukan sekedar kumpulan kabel dan komputer. Internet adalah komunitas global dari orang-orang yang berbasis informasi.
Kehadiran internet telah mengubah paradigma bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan. Sebelum internet berkembang, pengetahuan pada umumnya didapat melalui koran, majalah, radio, buku, dan juga di bangku sekolah. Dengan hadirnya media internet, keterbatasan-keterbatasan media lainnya diharapkan mampu diatasi oleh internet.
Memasuki abad ke-21, internet terasa semakin populer. Hal ini terutama karena pengaruh internet telah yang memungkinkan lahirnya suatu peradaban baru dalam kehidupan sosial masyarakat dunia. Selain itu, internet merupakan produk canggih di bidang informasi. Alasannya, melalui layar yang relatif kecil, seseorang dapat menjangkau seluruh sudut dunia dengan menekan tombol pada komputer. Dengan demikian, manfaat internet terletak pada kandungan informasi global yang dimilikinya.
Dengan kelebihan yang dimilikinya, internet memungkinkan jutaan orang yang di dunia untuk saling berkomunikasi atau berbagi informasi. Seorang dapat berkomunikasi dengan yang lainnya dengan cara mengirim e-mail, atau dengan berpartisipasi dalam suatu kelompok diskusi, atau mendapatkan program dan informasi lainnya yang terdapat pada komputer. Cara komunikasi seperti ini merupakan alternatif baru bagi manusia dalam melakukan komunikasi, selain dengan menggunakan sarana komunikasi yang telah dikenal sebelumnya seperti: telepon, faksimili, kantor pos, surat kabar, dan sebagainya.
Komunikasi merupakan hal sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan internet komunikasi menjadi jauh lebih menarik dan efektif. Jika dengan telepon manusia dapat bercakap-cakap dengan orang lain baik didalam maupun di luar negeri. Akan tetapi, dengan internet video conference, manusia juga dapat melakukan hal yang sama, ditambah dengan saling melihat satu sama lainnya.
Dengan perkembangan internet sebagai teknologi informasi yang terbaru dan tercanggih di abad ini, muncul situasi dilematis yang menuntut perhatian yang serius di berbagai negara terutama di negara-negara maju. Dari satu sisi, perkembangan internet tentu saja membawa dampak-dampak negatif. Namun, di sisi lain, internet memberi keuntungan yang lebih besar baik untuk pengguna maupun pengusaha di bidang tersebut (Winarti, dkk., 2001).
Demam internet di Indonesia ternyata luar biasa. Direktur Situs Berita “Detik Com.”, Budi Darsono bahkan mengatakan bahwa pertumbuhan internet di Indonesia menduduki peringkat pertama dibanding dengan negara-negara lain di dunia (Jawa Post, Kamis 23 Maret 2000).
Tinjauan Pustaka
Itryah 49
Jurnal PSYCHE
Akses internet oleh para pengguna semakin disenangi. Dari beberapa kemudahan fasilitas yang ditawarkannya, internet ini sangat memungkinkan untuk mengadakan dan mengikuti kuliah jarak jauh (long learn distance) kursus-kursus, pelatiahan jarak jauh, diskusi dengan para ahli, dan aktivitas lain yang mendukung (Finanto, dkk., 1993).
Dengan melihat pesatnya perkembangan internet tersebut, maka pengguna internet terbuka bagi siapa saja, termasuk bagi mereka yang mempunyai tipe kepribadian yang berbeda. Menurut Siagian (1986), kepribadian seseorang menampakkan dirinya dalam berbagai bentuk sikap, cara berfikir, dan acra bertindak. Sikap, cara berfikir, dan cara bertindak itu dapat dipastikan tidak terlalu sama antarindividu yang satu dengan yang lain.
Secara psikologis, ditinjau dari tipe kepribadiaannnya, ada dua tipe pengguna internet, yang pengguna yang memiliki tipe kepribadian introvert dan yang memiliki tipe kepribadian ekstrovert. Eysenck mengelompokkan manusia berdasarkan dua tipe kepribadian, yaitu tipe kepribadian introvert dan tipe kepribadian ekstrovert (Suryabrata, 1982). Orang-orang yang introvert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala ketakutan dan depresi, yang ditandai oleh kecenderungan obsesi mudah tersinggung, apathi, syaraf otonom mereka labil. Menurut pernyataan mereka sendiri, perasaan mereka gampang terluka, mudah gugup, menderita rasa rendah diri, mudah melamun, sukar tidur, intelegensi mereka relatif tinggi, perbendaharaan kata-kata baik, dan cenderung untuk tetap pada pendiriannya (keras kepala). Mereka yang tergolong dalam tipe kepribadian ini, pada umumnya teliti tetapi lambat, taraf aspirasi mereka tinggi tetapi ada kecenderungan untuk menaksir rendah prestasi mereka sendiri, mereka agak kaku (tegar), dan memperlihatkan “intrapersonal variability “ yang kecil.
Sebaliknya, orang yang mempunyai tipe kepribadian ekstrovert memperlihatkan kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala histeris, memperlihatkan sedikit energi perhatian yang sempit, sejarah kerja yang kurang baik, serta hypocondris. Mereka mendapat kesukaran karena gagap, gampang terkena kecelakaan, sering tidak masuk kerja karena sakit, tidak puas, merasa sakit-sakitan, intelegensi mereka relatif rendah, perbendaharaan kata-kata kurang, dan mereka mempunyai kecenderungan untuk tidak tetap pada pendiriannya. Mereka yang tergolong dalam tipe kepribadian ini pada umumnya cepat tetapi tidak teliti, taraf aspirasi mereka rendah tetapi mereka menilai prestasi mereka secara berlebihan. Selain itu, mereka tidak begitu kaku dan memperlihatkan “intrapersonal variability” yang besar.
Sejalan dengan penggolongan yang dikemukan oleh Eysenck, Jung (dalam Suryabrata, 1982:193-194) menggolongkan manusia berdasarkan sikap jiwanya menjadi dua tipe, yaitu manusia yang bertipe ekstrovert dan tipe Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 50
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
introvert. Orang yang ekstrovert terutama dipengaruhi oleh dunia objektif yaitu dunia di luar dirinya. Sementara itu, orang introvert terutama berorientasi ke dalam, yakni pada pikiran dan perasaannya. Tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor subjektif. Penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain tetapi penyesuaian dengan batinnya sendiri baik.
Berdasarkan ciri-ciri kepribadian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa berhadapan dengan internet, orang yang mempunyai tipe kepribadian introvert cenderung bersikap dan bertindak yang berlebihan. Hal ini berarti bahwa orang yang introvert akan selalu memanfaatkan fasilitas internet sebagai alat untuk bersosialisasi dan berkomunikasi. Karena orang tipe introvert memiliki interaksi dengan orang lain yang sangat kurang dan memiliki sifat yang lebih tertutup, maka internet dipandang dapat meningkatkan rasa sosialisasinya untuk bisa mengurangi rasa rendah diri. Oleh sebab itulah, mereka yang memiliki tipe kepribadian introvers dapat menggunakan media internet untuk menumpahkan segala ide-ide, pikirannya, atau chatting dengan orang lain di seluruh dunia tanpa harus berhadapan langsung. Mereka yang tergolong dalam tipe kepribadian ini memang lebih suka duduk berjam-jam di internet ketimbang menyesuaikan diri dengan orang lain. Mereka tidak sadar bahwa lama-kelamaan ia menutup diri terhadap komunikasi sosial entah karena keasikan “ngebrowse” atau karena internet dipakai sebagai alat pelarian dari masalah-masalah yang berhubungan dengan kepribadiannya, atau karena memang individu seperti ini tidak puas/kurang suka terhadap dirinya karena rendah diri, malu dan merasa tidak pantas untuk bergaul dengan orang lain. Oleh karena itulah, tidak mengherankanlah jika internet dipandang oleh individu introvers sebagai salah media yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan kepribadian mereka. Akibatnya, ia akan menciptakan dan menampilkan kepribadian yang lain sama sekali dari dirinya yang sebenarnya. Dengan kata lain, individu yang demikian lebih suka dengan kepribadian baru yang merupakan hasil rekayasa karena kepribadian yang demikian dipandang ideal bagi kepribadian introvert.
Sebaliknya, mereka yang memiliki tipe ekstrovert cenderung akan menggunakan internet sebagai media atau alat untuk mendapatkan informasi menambah pengetahuan atau sekedar mencari hiburan. Hal ini terjadi karena orang ekstrovert cenderung memiliki sosialisasi yang baik dengan lingkungannya. Oleh karena itu, mereka akan menggunakan internet sebagai alat sosialisasi. Hal ini berarti bahwa segala informasi yang ada di internet dapat mereka informasikan kembali pada orang lain karena memang salah satu dari sifatnya yang dominan adalah hatinya terbuka dan bersikap positif pada lingkungan masyarakat. Berkaitan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat dikatakan bahwa secara psikologis, tingkat keseringan penggunaan internet tidaklah sama antara individu satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi
Itryah 51
Jurnal PSYCHE
karena masing-masing individu berperilaku sesuai dengan kepribadiannya, serta aspek lain yang turut mempengaruhi perilakunya, seperti jenis kelamin.
Dilihat dari sisi jenis kelamin, intensitas penggunaan internet antara laki-laki dan wanita sangatlah berbeda. Meskipun pengguna internet di Amerika Serikat hampir seimbang antara pria dan wanita, namun secara keseluruhan, pengguna internet di seluruh dunia didominasi kaum adam. Pendapat ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh perusahaan riset “Nielsen/Net-Rating”.
Sebagai contoh, untuk penggunaan sejak Desember 2000 hingga Desember 2001, riset ini menemukan bahwa jumlah perempuan di Amerika yang menjelajahi internet meningkat hingga 9 persen, yakni dari 50,4 juta di bulan Desember 2000 menjadi 55 juta pada Desember 2001. Sementara secara keseluruhan, kenaikkan jumlah pengguna internet di Amerika hanya 6 persen, dari 98,6 juta di bulan Desember 2000 menjadi 104,8 juta pada tahun berikutnya. Perusahaan riset itu menambahkan bahwa di Amerika Serikat, penjelajah internet pria berjumlah 49,8 juta pada bulan Desember 2001, yang berarti kenaikannya “hanya” sebesar 3 persen dibanding tahun sebelumnya.
Masih berdasarkan laporan “Nielsen/Net-Rating”, meski peningkatan penggunaan internet oleh wanita lebih tinggi, namun pria ternyata menghabiskan lebih banyak content. Perusahaan riset itu menyebutkan, selama bulan Desember 2001, para laki-laki menghabiskan waktu 24 persen lebih banyak untuk online di internet dibandingkan wanita. Para pria tersebut rata-rata mengakses internet selama 11 jam perbulan; sementara para wanita rata-rata hanya 9 jam.
Hasil penelitian tersebut juga mengemukakan adanya perbedaan perilaku online di internet antara pria dan wanita. Wanita yang mengakses internet lebih banyak mengakses informasi yang berhubungan dengan situs kesehatan, fashion, dan kecantikan. Sedangkan pria, di lain pihak, lebih suka mengunjungi situs olah raga, berita, dan situs-situs hiburan lainnya (www.kompas.com).
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian ini dirumuskan: (1) ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari tipe kepribadian, (2) ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari jenis kelamin, dan (3) ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari tipe kepribadian dan jenis kelamin.
Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 52
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
Metodologi Penelitian
Variabel-Variabel Penelitian
Variabel bebas (independent variable) penelitian ini adalah: (1) tipe kepribadian: ekstrovert dan introvert, dan (2) jenis kelamin: pria dan perempuan. Selanjutnya, variabel terikat (dependent variable) adalah intensitas penggunaan internet.
Subjek
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa UMM semester III–IX (angkatan 1998-2001) yang tinggal di Kelurahan Tlogomas, Kotamadya Malang. Sebelum dilakukan skoring, ada 106 subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Namun setelah dilakukan skoring untuk menentukan subjek yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka jumlah sampel yang digunakan adalah 85 orang; terdiri dari 39 laki-laki dan 46 orang perempuan, memiliki tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nominal dan data interval. Data untuk variabel bebas adalah data nominal yang berdasarkan pada kategori tipe kepribadian (ekstrovert dan introvert) dan jenis kelamin (pria atau wanita). Data untuk variabel tergantung (intensitas penggunaan internet) adalah data interval karena dinyatakan dalam angka skala, yang memiliki batas variasi nilai satu dengan yang lainnya sudah jelas serta jarak yang dapat dibandingkan.
Alat Ukur
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua instrumen. Instrumen yang pertama adalah inventory kepribadian, yakni Eysenck’s Personality Inventory-A. Inventory ini berfungsi untuk menentukan kepribadian seseorang itu termasuk ekstrovert dan introvert. Instrumen yang kedua adalah angket untuk mengukur intensitas penggunaan internet. Angket ini disusun berdasarkan tingkat keseringan atau frekuensi individu dalam menggunakan fasilitas internet di berbagai jaringan komputer atau warnet. Sebelum digunakan instrumen tersebut dianalisis reliabilitas dan validitasnya, dengan menggunakan koefisien product-moment dan koefisien alpha.
Metode Analisis Data
Data penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian, dianalisis dengan menggunakan Anava 2-jalur dengan program SPS versi IBM/IN.
Itryah 53
Jurnal PSYCHE
Hasil
Secara deskriptif, intensitas penggunaan internet oleh subjek penelitian ini, dapat dikategorikan dalam tiga kelompok, yaitu subjek dengan intensitas penggunaan tinggi, sedang, dan rendah. Intensitas, sebagaimana dinyatakan dalam Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Rangkuman Intensitas Penggunaan Internet
No.
Intensitas
Interval
f
P
1
Tinggi
29 - 42
3
3.52
2
Sedang
15 - 28
5
5.88
3
Rendah
1 - 14
77
90.58
Total
85
99.98
Keterangan: f = frekuensi; P = Prosentase
Dari sebaran intensitas penggunaan internet pada Tabel 1 di atas, dapat diketahui bahwa 3,52% dari pengguna internet memiliki tingkat intensitas yang tinggi, 5,88% memiliki tingkat intensitas pengguna internet yang sedang, dan 90,58% memiliki intensitas pengguna internet rendah.
Selanjutnya, intensitas penggunaan internet dapat diklasifikasikan berdasarkan tipe kepribadian. Klasifikasi tersebut dinyatakan dalam Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2
Rangkuman Sebaran Tipe Kepribadian Terhadap
Intensitas Pengguna Internet
Ekstrovert
Introvert
No.
Intensitas
Penggunaan Internet
f
P
f
P
1
Tinggi (29-42)
-
-
3
5.357
2
Sedang (15-28)
-
-
5
8.929
3
Rendah (1-14)
29
100
48
85.714
Total
29
100
56
100
Dari sebaran tipe kepribadian terhadap intensitas pengguna internet pada Tabel 2, diketahui bahwa dari pengguna bertipe kepribadian introvert, terdapat 5,357% menunjukkan tingkat intensitas yang tinggi. Selanjutnya terdapat 8,929% yang menunjukkan intensitas sedang. Akhirnya, terdapat 85,714% yang menunjukkan tingkat intensitas rendah. Sementara itu, sebanyak Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 54
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
100% pengguna internet yang bertipe kepribadian ekstrovers menunjukkan intensitas penggunaan yang rendah.
Selanjutnya, dari hasil analisis deskriptif dapat diketahui rerata intensitas penggunaan internet dapat diketahui berdasarkan tipe kepribadian (introvers dan extrovers) dan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), sebagaimana dinyatakan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Rerata Intensitas Penggunaan Internet
Sumber
Rerata
A1 (Introvert)
9.339
A2 (Ekstrovert)
5.655
B1 (Laki-laki)
9.308
B2 (Perempuan)
7.043
Hasil analisis untuk menguji ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, dapat dilihat pada Anava 2 jalur, sebagaimana diringkas dalam Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4
Rangkuman Analisis Variansi 2 Jalur
Sumber
Jk
Db
Rk
F
R2
P
Antar A
289.318
1
259.318
5.842
0.052
0.017
Antar B
108.203
1
108.203
2.438
0.022
0.118
Inter AB
987.709
1
987.709
22.253
0.200
0.000
Dalam
3.595.193
81
44.385
-
-
-
Total
4.950.424
84
-
-
-
-
Dari hasil analisis pada Tabel 4 di atas, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang signifikan (F = 5.842; p = 0.017) ditinjau dari tipe kepribadian, di mana pengguna internet yang berkepribadian introvert memiliki intensitas yang lebih tinggi (rerata = 9.339) dibandingkan dengan pengguna internet yang bertipe kepribadian ekstrovert, (rerata = 5.655). Dengan demikian, hipotesis pertama penelitian ini yang berbunyai, “Ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari tipe kepribadian”, diterima.
Selanjutnya, dari Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang signifikan (F= 2.438 ; p=0.118) ditinjau dari jenis kelamin. Meskipun demikian, pengguna internet laki-laki memiliki intensitas yang lebih tinggi (rerata = 9.308) dibanding dengan pengguna internet perempuan (rerata = 7.043). Dengan demikian, hipotesis Itryah 55
Jurnal PSYCHE
kedua penelitian ini yang mengatakan, “Ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari jenis kelamin”, tidak terbukti.
Selain itu, dari Tabel 4 juga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang sangat signifikan (F= 22.253 ; p = 0.000) ditinjau dari tipe kepribadian dan jenis kelamin, di mana laki-laki introvert memiliki intensitas yang tinggi (rerata = 19.900) dibandingkan dengan perempuan introvert (rerata = 7.043) dan laki-laki ekstrovert (rerata = 5.655). Dengan demikian, hipotesis ketiga penelitian ini yang mengatakan, “Ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari tipe kepribadian dan jenis kelamin”, dapat diterima.
Beberapa hasil penelitian yang lain, dapat dikemukakan dari matriks uji-t antara tipe kepribadian dan jenis kelamin, sebagaimana dinyatakan pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5
Matriks Uji-t Inter AB
A,B
1,1
1,2
2,1
1,1
p
0.000
1,000
5.980
0.000
6.625
0.000
1,2
p
-5.980
0.000
0.000
1.000
0.646
0.527
2,1
p
-6.625
0.000
-0.646
0.594
0.000
1.000
Dari matrik uji-t di atas dapat dikemukakan bahwa: (1) ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang sangat signifikan antara pengguna introvert laki-laki dengan introvert perempuan (t = 5.980 ; p = 0.000); (2) ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang sangat signifikan antara pengguna introvert laki-laki dengan pengguna ekstrovert laki-laki (t = 6.625 ; p= 0.000); dan (3) tidak ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang sangat signifikan antara pengguna introvert perempuan dengan pengguna ekstrovert laki-laki (t = 0.646 ; p= 0.527).
Berdasarkan hasil analisis terhadap ketiga hipotesis penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang signifikan ditinjau dari tipe kepribadian, di mana pengguna internet yang bertipe kepribadian introvert memiliki intensitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengguna internet yang bertipe kepribadian ekstrovert;
2) tidak ada perbedaan intensitas penggunaan internet ditinjau dari jenis kelamin; dan Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 56
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
3) ada perbedaan intensitas penggunaan internet yang sangat signifikan ditinjau dari tipe kepribadian dan jenis kelamin, di mana laki-laki introvert memiliki intensitas yang tinggi dibandingkan dengan perempuan introvert dan jika dibandingkan dengan pengguna laki-laki ekstrovert.
Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti.
1) Bagi pengguna internet.
Sebagai pengguna internet terutama yang memiliki intensitas tinggi dalam menggunakan internet, khususnya penggunaan yang berjenis kelamin laki-laki dan bertipe kepribadian introvert, agar tidak terlalu larut dalam penggunaan internet dan tidak melupakan bahwa hubungan dengan lingkungan (social interaction) adalah sangat penting, di mana setiap individu adalah bagian dari lingkungan sosial itu.
2) Bagi peneliti lain.
Bagi peneliti yang lain, sebaiknya lebih memperhatikan variabel-variabel lain yang lebih banyak memiliki hubungan yang positif terhadap penggunaan internet, meskipun variabel tipe kepribadian dan jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap intensitas penggunaan internet. Disarankan bagi peneliti lain bila ingin meneliti intensitas penggunaan internet dan mengukur tipe kepribadian seseorang bukan hanya menggunakan inventory Eysenck’s Personality Inventory-A saja, tetapi dapat menggunakan inventory kepribadian yang lain yang lebih banyak mengungkap kepribadian seseorang.
Daftar Pustaka
Alwisol. 1998. Pengantar Psikologi Kepribadian Non-Psikoanalitik. Malang:
Alwisol Press.
Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Atkinson, R.C. dan Atkinson, R.L. 1996. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Browne, S. 1995. Internet Lewat Mosaic dan World-Wide Web. Jakarta: PT Alex Media Komputindo Gramedia.
Dagun, S. M. 1992. Maskulin dan Feminin. Jakarta: Rineka Cipta.
Itryah 57
Jurnal PSYCHE
Fakih, M. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Finanto, B. dkk. 1999. Panduan Praktis Pemakai Internet. Malang: UMM Press.
Gunawan, B. 1995. “Dampak Teknologi Audio Visual Khususnya Internet bagi Anak dan Remaja”. Kompas, 1 Oktober 1995.
Hadi, S. 1990. Metodologi Reseach. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.
Kartono, K. 1980. Teori Kepribadian. Bandung: Alumni.
Kartono, K. 1992. Seri Psikologi Terapan V. Jakarta: CV Rajawali.
Koderi, M. 1999. Bolehkah wanita Menjadi Imam Negar?. Jakarta: Gema Insani Press.
Koeswara, E. 1991. Teori-Teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.
Nielsen. 2001. “Internet Masih Didominasi Kaum Pria”, dalam www.e-psikologi.com., 13 Desember 2001.
Nielsen. 2001. “Internet dan Eksplorasi Diri”, dalam www.e-psikologi.com , 19 Agustus, 2000.
Patty, F. Woerjo, K. Syam, M.N. Ardhana, I. W. & Saleh, I. A. 1992. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha Nasional.
Poerwanti, E. 1998. Dimensi-Dimensi Riset Ilmiah. Malang: UMM Press.
Prabuningkrat, S. 1997. Sosial Wanita Muslimah. Jakarta: Gema Insani Press.
Sears, D. O.., dan Freedman, J. L. 1985. Psikologi Sosial Jilid 2. Terj. Michael Ardryanto. Jakarta: Erlangga.
Shirky, C. 1995. Internet Lewat E-mail. Jakarta: Pt Alex Media Komputindo Gramedia.
Suharsono, K., dan Wijaya, R. 1998. Panduan Pengoperasian Internet. Malang: Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia.
Perbedaan Intensitas Penggunaan Internet Ditinjau dari TipeKepribadian 58
Vol. 1 No. 1, Juli 2004
Sujanto, A. Lubis, H., dan Hadi, T. 1980. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru.
Suryabrata, S. 1982. Psikologi Kepribadian. Jakarta: CV Rajawali.
Tjiptono, F., dan Santoso, T.B. 2000. Strategi Riset Lewat Internet. Yogyakarta: Andi Offiset.
Tung, Y. K dan Lubis, T. M. 1995. Cara Menjadi Kaya dan Pintar Melalui Internet. Jakarta: Dinastindo.
Winarti, S., Jubaidah, S., dan Ellyawati, R. 2001. “Studi tentang Perilaku Seksual pada Penggunaan Layanan Cybersex”. Jurnal Psikologi. Surabaya: Fenomena.
Quey, L. T. 1997. Sahabat Internet. Bandung: Penerbit ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar